BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orientasi
Studi dan Pengenalan Kampus atau Ospek
merupakan momentum bersejarah bagi setiap siswa yang memasuki pintu gerbang
perguruan tinggi. OSPEK dengan seluruh rangkaian acaranya merupakan wahana awal
pembentukan watak bagi seorang mahasiswa baru. Dengan kata lain bahwa baik
tidaknya kepribadian mahasiswa di sebuah perguruan tinggi sedikit
banyak ditentukan oleh baik tidaknya pelaksanaan OSPEK di perguruan tinggi
tersebut. Pernyataan ini terkesan sangat ekstrim karena seolah-olah menafikan komponen
lain dalam pembentukan kepribadian mahasiswa. Namun disadari atau tidak,
pengalaman pertama yang diperoleh selama mengikuti OSPEK sangat berkesan bagi
seorang mahasiswa, yang pada gilirannya akan terekspresi dalam kehidupan
kesehariannya di lingkungan kampus.
Ospek bisa memiliki nilai yang baik dan juga nilai buruk, kebanyakan sebagian kita menganggap OSPEK itu adalah sebagai ajang balas dendam dari senior, namun dibalik itu OSPEK mendidik kita untuk bisa mempertahankan argumen,. Orang tua kita memang sering mengajarkan kita tentang kebaikan dan sikap sopan santun, sedangkan OSPEK memperkuat mental agar kita dapat menghadapi dunia luar dan orang lain, walaupun kita benar sekalipun senior akan tetap Membentak dan menyudutkan kita. Banyak dari kita menyalahkan arti dari ospek tersebut.
Ospek bisa memiliki nilai yang baik dan juga nilai buruk, kebanyakan sebagian kita menganggap OSPEK itu adalah sebagai ajang balas dendam dari senior, namun dibalik itu OSPEK mendidik kita untuk bisa mempertahankan argumen,. Orang tua kita memang sering mengajarkan kita tentang kebaikan dan sikap sopan santun, sedangkan OSPEK memperkuat mental agar kita dapat menghadapi dunia luar dan orang lain, walaupun kita benar sekalipun senior akan tetap Membentak dan menyudutkan kita. Banyak dari kita menyalahkan arti dari ospek tersebut.
Rumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut
·
Setuju
atau tidaknya dilakukan Orientasi Studi dan
Pengenalan Kampus(OSPEK) bagi mahasiswa baru.
BAB II
ISI
Banyak yang
setuju dengan diadakannya ospek namun banyak juga yang tidak setuju dengan
adanya ospek. Padahal dari segi pembelajaran bagi MaBa (mahasiswa baru)
terhadap dunia kampus, ospek bisa menjadi salah satu alternatif yang sangat
baik. Awalnya untuk memperkenalkan aturan kampus ke mahasiswa baru.
Mengakrabkan antar siswa. Menunjukkan tingkatan, situasi dan cara belajar yang
berbeda. Sayangnya belakangan malah dipakai untuk menunjukkan senioritas kakak
angkatan. Ini adalah ospek yang salah.
Tetapi perlu
diingat bahwa ospek yang dimaksud disini merujuk pada ospek “yang sesungguhnya”
yaitu orientasi studi dan pengenalan kampus. Konten dari ospek tersebut pun
seharusnya benar-benar bermakna pengarahan orientasi studi pada mahasiswa baru
yang bisa dikatakan masih asing pada bidangnya sekaligus pengenalan mahasiswa
baru pada kampus secara umum.
Pembelajaran
yang bisa diambil dari adanya ospek adalah mempererat rasa persaudaraan dengan
teman satu angkatan. Dengan keadaan dimana harus saling mendukung dan
sepenanggungan, egoisme dalam diri akan terkikis. Pembentukan karakter
mahasiswa selama masa perkuliahan juga sedikit banyak ditentukan pada masa
ospek. Pemahaman tentang aturan kampus dan kehidupan perkuliahan diperkenalkan
saat ospek berlangsung. Kemudian sebagai tambahan pula sudah seharusnya
mahasiswa baru juga diperkenalkan pada hak dan kewajiban serta tanggung jawab
mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat, agar kemudian menumbuhkan mental
mahasiswa yang tidak apatis dan anti-sosial.
Orientasi
Mahasiswa sebagai sarana untuk memperkenalkan FKM seutuhnya kepada adik – adik
kita. Seutuhnya yang meliputi :
1. Penanaman ideologi mahasiswa
sebagai masyarakat, civitas akademi dan agen pembaruan
2. Pengenalan terhadap
keilmuannya ( apa saja yang dipelajari , prospek kerja , dll )
3. Moralitas sebagai mahasiswa
4. Pengenalan kepada sarana dan
prasarana dalam pembelajaran
5. Pengenalan terhadap individu
– individu yang berada disekitarnya dan kondisi kekinian dari setiap individu
tersebut.
Setuju atau
tidak setuju, kegiatan ospek tetap dibutuhkan oleh para mahasiswa baru untuk
memahasiswakan mereka setelah melewati fase siswa pada jenjang pendidikan
sebelumnya. Metode ospek yang ideal bagi para mahasiswa baru seharusnya
bertujuan agar mereka dapat memahami makna dari status mahasiswa yang kini
mereka sandang. Apa pun metodenya, yang terpenting ialah metode tersebut tidak
menyimpang dari makna ospek sebagai sarana menjadikan siswa ketahapn mahasiswa.
Setidaknya
hal yang perlu ditanamkan para senior kepada para juniornya saat melakukan ospek
ialah mengubah paradigma berpikir para mahasiswa baru agar dapat berpikir
kritis dan global terhadap apa yang sedang dialami oleh bangsa ini. Nilai
selanjutnya ialah memahami peran dari mahasiswa sebagai agent of change bagi
bangsa Indonesia.
Menjelang tahun
ajaran baru, perguruan tinggi menghadapi pekerjaan besar, yaitu
menyelenggarakan masa orientasi mahasiswa baru. Istilahnya macam-macam, mulai
dari Pekan Orientasi Mahasiswa Baru, Ta`aruf, dan lain-lain. Namun, istilah
yang lazim dikenal publik adalah Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus).
Namanya juga
proses orientasi, maka Ospek dirancang sebagai program pengenalan kampus,
program pembinaan mahasiswa baru dan pengenalan wadah serta aktivitas lembaga
kemahasiswaan. Itu teorinya. Kenyataannya, di lapangan, ada saja insiden yang
mencederai mahasiswa, bahkan menewaskan mahasiswa baru. Beberapa universitas,
sebesar ITB sekalipun, pernah "kecolongan" dengan insiden semacam
ini.Ospek bertujuan membina mahasiswa baru agar mampu mengikuti kehidupan kampus.
Mengapa hal ini perlu dilakukan? Mahasiswa baru sebagian besar merupakan siswa
SMA yang baru saja lulus (fresh graduate) Mereka dibesarkan dengan budaya
akademik ala SMA, yang kebanyakan "disuapi" oleh materi kurikulum
dalam buku-buku paket dan LKS.Pengenalan budaya akademik kampus bisa dimulai
dari regulasi yang berlangsung di kampus. Misalnya, penjelasan mengenai satuan
kredit semester (SKS), perencanaan studi, sanksi-sanksi akademis, dan
lain-lain. Juga, perlu diperkenalkan siapa yang akan menjadi pengganti wali
kelas dalam konteks kampus. Dari sini, mahasiswa baru diajak untuk mencermati
tips dan trik belajar efektif, manajemen waktu, dan andai memungkinkan, berikan
sekaligus materi tentang membaca buku teks dan menulis paper. Yang disebut
terakhir ini ternyata merupakan standar dari Ospek-nya siswa SMA di
Singapura!Pengenalan budaya akademik tidak semata-mata berkenaan dengan
permasalahan studi. Akan tetapi merupakan bimbingan awal untuk mengenal
kehidupan kampus. Inilah ajangnya lembaga mahasiswa memperkenalkan diri,
sekaligus mempromosikan aktivitasnya. Tentu bukan untuk gagah-gagahan, atau
ajang eksis semata. Melainkan guna membuka ruang-ruang alternatif bagi
mahasiswa baru dalam mengekspresikan dan mengembangkan potensi dirinya secara
positif!Setiap kampus memiliki nilai-nilai tersendiri untuk ditanamkan. Ajang
Ospek semestinya digunakan sebagai awal untuk menanamkan dan memperkenalkan
budaya khas dari masing-masing kampus.Jangan lupa, mahasiswa baru akan
menghadapi tantangan yang cukup besar dalam kehidupan awal di kampus. Mereka
akan berhadapan dengan situasi-situasi yang tidak ditemui di masa SMA. Contoh
kecil, menanggalkan budaya berseragam. Pada sebagian besar kampus, mahasiswa
berpakaian bebas. "Kebebasan" ini kadang-kadang tidak siap diterima
mahasiswa baru. Sehingga, tata cara berbusana pun kerap melanggar budaya
kampus.Ajang eksis atau narsis?Kepanitiaan Ospek sering jadi masalah, sehingga
menghadapkan mahasiswa/lembaga mahasiswa, dengan otoritas kampus pada posisi
saling berseberangan. Mengapa demikian?Dalam dialog dengan rekan-rekan
mahasiswa, acap terlontar pernyataan Ospek adalah "pesta mahasiswa".
Oleh karena itu, mahasiswa menuntut agar penyelenggaraan Ospek sepenuhnya
diserahkan pada mereka. Ada dua cacat logika dalam pernyataan tersebut.
Pertama, pada istilah "pesta" mahasiswa baru. Ospek, punya misi
sangat serius, yaitu menyiapkan mahasiswa baru agar mampu beradaptasi dengan
budaya akademik yang baru. Logikanya, Ospek tidak bisa dan tidak boleh dianggap
sebagai "ajang pesta"--apapun dalihnya. Ospek adalah ajang
edukasi.Kedua, adalah keliru besar kalau dalih "pestanya mahasiswa"
lantas dijadikan alasan untuk menyerahkan penyelenggaraan acara seserius ini
semata-mata kepada rekan-rekan mahasiswa. Administrasi kampus dan dosen wajib
terlibat. Ospek bahkan semestinya berada di bawah kontrol lembaga. Kontrol
diperlukan agar Ospek berlangsung dalam koridornya. Ini sekaligus merupakan
bentuk pertanggungjawaban kampus pada orangtua mahasiswa baru.
BAB III
KESIMPULAN
Keterlibatan
otoritas kampus, di antaranya dosen, diharapkan dapat memperbaiki citra Ospek
yang selama ini terkesan hanya menjadi ajang narsis panitia (mahasiswa). Seolah
menjadi tradisi yang tak dapat dihapus, dalam setiap Ospek dari tahun ke tahun,
ada saja tugas mengumpulkan tanda tangan panitia. Masih banyak kok alternatif
lain di luar cara "jadul" dan tidak kreatif seperti ini. Tradisi lain
yang sering dipermasalahkan berkenaan dengan pelaksanaan tata tertib guna
menumbuhkan mental disiplin. Penanaman disiplin sebagai bagian dari budaya
kampus itu penting. Namun, citra kekerasan dan militeristik yang acap melekat
sebagai konsekuensi penanaman disiplin dan tata tertib dalam Ospek perlu
dihapus. Pemberian sanksi mestinya bersifat edukatif, mencerdaskan, bukan
justru merendahkan martabat sang pelanggar disiplin. Katakanlah, seperti
membuat karya tulis.Saya bayangkan, alangkah idealnya andai Ospek dilaksanakan
sebagai ajang edukasi dalam semangat silaturahmi guna menyambut anggota
keluarga baru. Sivitas akademika kampus, bagaimanapun, adalah sebuah keluarga.
Betapa indah bila penyelenggaraan Ospek menjadi kerja sama semua pihak dalam
kampus, dan dilaksanakan dalam semangat kebersamaan penuh kasih, tanpa dikotori
oleh ego yang hanya memunculkan kecurigaan-kecurigaan nan tak beralasan.
0 komentar:
Posting Komentar