Ekologi manusia adalah sebuah jurusan yang menggunakan
antardisiplin yang menggunakan suatu pencapaian holistik untuk menolong orang
menyelesaikan masalah dan menambah potensi manusia dalam alam yang berhampiran
mereka - pakaian, keluarga, rumah, dan masyarakat mereka. Ahli ekologi manusia
mengalakkan keadaan baik individu, keluarga, dan masyarakat melalui pendidikan,
pencegahan, dan pemberian kuasa.
Ekologi manusia menjelajahi bukan hanya pengaruh manusia
pada alam mereka tetapi juga pengaruh alam pada tingkah laku manusia, dan
strategi penyesuaian diri mereka apabila mereka dapat memahami
pengaruh-pengaruh itu dengan lebih baik. [...] Untuk kita, ekologi manusia
adalah suatu metodologi yang sebanyaknya suatu jurusan penyelidikan. Ia dalah
suatu cara memikir tentang dunia, dan suatu konteks yang mana kita mentakrifkan
soalan kita dan cara-cara untuk menjawab persoalan-soalan ini [...]
Ekologi industri adalah suatu sistem yang digunakan untuk
mengelola aliran energi atau material sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi
dan menghasilkan sedikit polusi. Tujuan utamanya adalah untuk mengorganisasi
sistem industri sehingga diperoleh suatu jenis operasi yang ramah lingkungan
dan berkesinambungan. Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi
industri ada empat elemen utama yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya
yang ada, membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi,
proses dematerialisasi dan pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada
sumber energi yang tidak terbarukan.
Dengan menerapkan konsep ekologi industri, kawasan industri
dapat mengembangkan sistem pertukaran limbah yang dapat bermanfaat bagi
industri tersebut. Indonesia sebagai negara agraris dapat mengembangkan ekologi
industri berbasis agroindustri. Keuntungan yang dapat diperoleh yaitu penurunan
jumlah konsumsi energi fosil, sumber daya alam, dan mengurangi dampak
lingkungan. Biaya produksi juga dapat dikurangi.
Konsep ekologi industri terkait secara dekat dengan proses
produksi bersih (cleaner production) dan merupakan komplementer satu dengan
lainnya. Kedua konsep melibatkan pencegahan pencemaran dalam rangka melindungi
lingkungan dan meningkatkan efisiensi ekonomi. Produksi bersih lebih
memfokuskan pada aspek pengurangan limbah, sementara ekologi industri lebih
menekankan pada pendauran suatu limbah yang terbentuknya tidak bisa dihindari
(unavoidably produced waste) dengan mensinergikan antara unit satu dengan
lainnya atau antara satu industri dengan industri lainnya. Selain terjadi
pemanfaatan suatu material yang dihasilkan oleh suatu unit oleh unit lain, juga
dimungkinkan terjadinya integrasi energi dari suatu unit oleh unit lain di
dalam suatu kawasan.
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang sedang memacu
pertumbuhan industri. Salah satu kebijakan yang ditempuh adalah dengan membangun
kawasan-kawasan industri terpadu. Pada awal perkembangan kawasan industri di
Indonesia masih berupa kumpulan industri yang ditata dengan terpadu namun masih
terpisah satu sama lain.
Karakteristik kawasan industri di Negara berkembang termasuk
di Indonesia adalah:
1. Ketersediaan sumber daya alam yang masih melimpah dan
disubsidi pemerintah.
2. Bahan baku lebih murah dibandingkan dengan proses daur
ulang bahan.
3. Pembuangan limbah atau polusi masih kurang diawasi secara
ketat.
4. Kurangnya perhatian masyarakat konsumen pada dampak
negatif proses produksi terhadap lingkungan.
Indonesia sebagai negara agraris yang besar sangat
berpeluang untuk dikembangkan kawasan ekologi industri berbasis industry
pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Penduduk Indonesia yang mayoritas
sebagai petani harus tetap menjadi fokus untuk terus dikembangkan
kesejahteraannya. Penataan kawasan ekologi industri dapat dimulai dari
pendirian kawasan industri terpadu di dekat kawasan pertanian masyarakat.
Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri
ada empat elemen utama yaitu : (1) mengoptimasi penggunaan sumber daya yang
ada; (2) membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi;
(3) proses dematerialisasi; dan (4) pengurangan dan penghilangan ketergantungan
pada sumber energi yang tidak terbarukan.
Empat konsep ekologi industri yaitu:
(1) Optimasi penggunaan sumber daya (resource)
Dengan sistem ekologi industri berbasis industry tebu dapat
menghasilkan konsep rantai makanan industri, yaitu pemanfaatan produk samping
dan limbah menjadi bahan baku bagi komponen sistem industri lain. Konsep ini
menghasilkan suatu konsep kawasan ekologi industri terpadu. Dalam kawasan ini,
industri-industri bekerja sama untuk mengoptimasi penggunaan sumber daya yang
ada sehingga limbah industri yang dihasilkan bisa diminimalisasi.
(2) Siklus material yang tertutup dan minimalisasi emisi
Pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama limbah
yang dihasilkan industri. Ekologi industri pada industri tebu diatas secara
nyata dapat meningkatkan efisiensi energi dan emisi. Siklus material yang
tertutup dapat memberikan keuntungan. Masing-masing industri yang terlibat
membutuhkan energi yang jauh lebih kecil karena dibantu oleh pasokan dari
energi alternatif yang bersumber dari limbah industri-industri lain. Dengan
demikian, dampak lingkungan yang dihasilkan bisa diminimalisir.
(3) Proses dematerialisasi
Tujuan utama ekologi industri tidak hanya untuk menghasilkan
suatu siklus aliran material yang tertutup tetapi juga meminimalkan jumlah
aliran bahan dan energi yang digunakan untuk proses produksi. Proses
dematerialisasi relatif menjelaskan bahwa suatu proses produksi dan jasa
diusahakan dapat menghasilkan produk dan jasa yang sebesar-besarnya dari
penggunaan bahan baku yang ada. Proses dematerialisasi absolut menganggap bahwa
dalam proses produksi harus meminimalkan penggunaan bahan baku. Pengurangan dan
penghilangan ketergantungan pada sumber energi tidak terbarukan. Penggunaan
bahan bakar fosil dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti efek gas rumah
kaca, pemanasan global, dan hujan asam. Dalam rangka untuk mensinergikan dengan
tujuan utama ekologi industri maka diperlukan langkah perbaikan. Dalam contoh
ekologi industri berbasis industri gula di atas dapat diketahui bahwa langkah
perbaikan yang dilakukan diantaranya yaitu usaha diversifikasi energi terutama
energi yang dapat terbarukan yaitu limbah dari industri tebu berupa tetes tebu
dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri penyulingan bioetanol.
(4) Simbiosis industry
Simbiosis industri merupakan suatu bentuk kerja sama
diantara industri-industri yang berbeda. Bentuk kerja sama ini dapat
meningkatkan keuntungan masing-masing industri dan pada akhirnya berdampak
positif pada lingkungan. Dalam proses simbiosis ini limbah suatu industri
diolah menjadi bahan baku industri lain. Proses simbiosis ini akan sangat
efektif jika komponen-komponen industri tersebut tertata dalam suatu kawasan
industri terpadu (eco-industrial parks).
Kawasan ekologi industri dapat diimplementasikan dengan baik
jika masing-masing industri dalam kawasan tersebut dapat saling terbuka dan
terhubung dengan baik. Dalam hal ini diperlukan kesepakatan bersama tentang
pengelolaan kawasan industri bersama dengan tetap berpegang pada prinsip ekonomi
dan keselamatan lingkungan. Penerapan kawasan ekologi industri di Indonesia
saat ini masih pada tahap pengembangan dan masih sangat sedikit kawasan
industri yang menerapkannya. Hal ini disebabkan adanya ketakutan industri untuk
membagi informasi tentang bahan baku, proses produksi, dan limbah apa yang
dihasilkan. Industri masih menganggap informasi tersebut dapat disalahgunakan
oleh industri lain untuk meniru produknya. Peran pemerintah dan masyarakat
sebagai konsumen sangat diperlukan untuk mendorong industri menerapkan ekologi
industri. Pemerintah dapat berperan dalam pembuatan kebijakan peraturan dan
pemberian insentif bagi industri yang menerapkan ekologi industri. Masyarakat
sebagai konsumen dapat menekan industri dengan memilih produk yang dihasilkan dari
proses yang ramah lingkungan.
Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan
Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern
berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian
sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara
besar-besaran tanpa mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak
negatif yang terasa dalam waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka panjang.
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pola pendekatan dalam
pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi
kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka
. Pada era global dan pasar bebas sekarang ini, industri
dihadapkan pada persaingan yang ketat, sehingga keunggulan komparatif yang
menjadi andalan pada masa lalu sudah tak mampu untuk menghadapi tantangan pasar
bebas. Peningkatan efisiensi merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan daya
saing terhadap produk-produk sejenis dari Negara tetangga maupun negara lain
yang masuk ke Indonesia dan juga dalam melakukan produk ekspor ekspor. Hanya
dengan keunggulan kompetitif dan produk yang berkualitas yang akan mampu
berkembang dan memenangkan persaingan dalam pasar bebas.
Berbagai proses produksi dan penyelenggaraan jasa menuju
pada suatu sistem yang mempertimbangkan aspek keunggulan dan kepuasan konsumen.
Harga suatu produk dan layanan jasa besaing dengan ketat, sementara tuntutan
kualitas semakin tinggi. Produsenpun mulai dituntut berbagai aturan dan standar
yang berhubungan dengan lingkungan seperti ISO 14001 dan Ecolabeling.
Limbah dan emisi merupakan hasil yang tak diinginkan dari
kegiatan industri. Sebagian besar industri masih berkutat pada pola pendekatan
yang tertuju pada aspek limbah. Bahkan masih ada yang berpandangan bahwa limbah
bukanlah menjadi suatu permasalahan dan kalau perlu keberadaannya tidak
diperlihatkan. Pihak industri mungkin masih belum menyadari bahwa sebenarnya
”limbah” sama dengan ”uang” atau pengertian tentang limbah yang terbalik,
artinya bahwa limbah merupakan uang atau biaya yang harus dikeluarkan dan
mengurangi keuntungan. Memang benar bahwa dengan mengabaikan persoalan limbah,
keuntungan tidak akan berkurang untuk jangka pendek.
Pihak industri yang demikian mungkin belum melihat faktor
biaya yang berkaitan dengan ”image” perusahaan dan tuntutan pembeli dari luar
negri yang mensyaratkan pengelolaan lingkungan dengan ketat. Kita melihat bahwa
ada peluang yang sebenarnya mempunyai nilai ekonomi tinggi tetapi pada akhirnya
terlepas karena mengabaikan aspek lingkungan.
Produksi Bersih merupakan model pengeloaan lingkungan dengan
mengedepankan bagaimana pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam setiap
kegiatan yang dilakukan mempunyai efisiensi tinggi sehingga timbulan limbah
dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan Produksi Bersih akan
menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan,
dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik. Penerapan Produksi Bersih di suatu
kawasan industri dipakai sebagai pendekatan untuk mewujudkan Kawasan
Eco-industrial (Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan). Penerapan Produksi
Bersih di kawasan akan memberikan keuntungan berlebih dibanding dengan
keuntungan yang diperoleh industri secara sendiri-sendiri.
Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park/
Esatate) merupakan sekumpulan industri dan bisnis jasa yang berlokasi pada
suatu tempat di mana pelaku-pelaku di dalamnya secara bersama meningkatkan
kinerja lingkungan, ekonomi dan sosialnya melalui kerjasama dalam mengelola
issu lingkungan dan sumberdaya. Dengan cara bekerjasama akan diperoleh manfaat
bersama yang lebih besar dibanding penjumlahan manfaat yang diperoleh oleh
setiap industri. Bahasan komprehensif mengenai Kawasan Indutri Berwasasn
Lingkungan dilakukan oleh Lowe (2001).
Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah
untuk memperbaiki kinerja ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan
cara meminimalkan dampak lingkungannya. Pola pendekatan yang dipakai meliputi
desain infrastruktur kawasan dan pabrik berwawasan lingkungan, produksi bersih,
efisiensi energi, dan kemitraan antar perusahaan.
Suatu kawasan industri tidak serta merta dapat menyatakan
sebagai kawasan industry berwawasan lingkungan sekedar hanya telah melaksanakan
satu atau beberapa hal sebagai berikut :
• pertukaran satu jenis produk samping • sebagai kluster
bisnis daur ulang • kumpulan perusahaan berteknologi ramah lingkungan •
kumpulan perusahaan yang membuat produk ramah lingkungan • kawasan industri
yang dirancang dengan satu tema lingkungan seperti pemanfaatan energi tenaga
sinar matahari • kawasan yang memiliki infrastruktur atau konstruksi ramah
lingkungan • pengembangan kawasan multi-pakai untuk industri, komersial dan
permukiman
Beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan industri
berwawasan lingkungan melalui :
1. Eco-industrial park (estate) (EIP / EIE) – kawasan
industri yang dikembangkan dan dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan,
ekonomi dan sosial sebanyak mungkin dan juga manfaat bisnis Virtual
Eco-Industrial Park – industri-industri di suatu daerah yang tidak harus berada
dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui pertukaran limbah dan kerjasama
pada tingkatan yang berbeda
2. By-product exchange (BPX) – sekelompok perusahaan yang
saling mempertukarkan dan menggunakan produk samping (energi, air, dan bahan)
daripada membuangnya sebagai limbah. Istilah-istilah yang sering dipakai BPX
adalah industrial ecosystem, by-product synergy, industrial symbiosis, industrial
recycling network, green twinning, zero emission network.
3. Eco-industrial network (EIN)- sekelompok perusahaan di
suatu daerah yang bekerja sama untuk meningkatkan kinerja lingkungan, sosial
dan ekonomi
Konsep dasar dalam pengembangan Kawasan Industri Berwawasan
Lingkungan meliputi ekologi industri, produksi bersih, perencanaan kota,
aristektur, dan konstruksi berkelanjutan. Beberapa dasar ekologi industri yang
dipakai untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi
: 1. Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri,
menggunakan pendekatan
• Lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang •
Memaksimalkan efisiensi pemakaian bahan dan energi • Meminimisasi timbulan
limbah • Memanfaatkan semua limbah sebagai produk-produk potensial dan mencari
pasar limbah
2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas
ekosistem alam
• Mengurangi beban lingkungan yang diakibatka oleh adanya
pelepasan energi dan bahan ke lingkungan • Merancang antarmuka industri dengan
alam terkait dengan karakteristik dan sensitivitas (kepekaan) alam •
Menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi bahan-bahan berbahaya
dan beracun, dengan membuatnya secara lokal bila diperlu
3. Merekayasa ulang (re-engineer) pemakaian energi dan bahan-bahan
untuk keperluan industri
• Merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian energi •
Mengganti teknologi dan desain produk untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan
yang penyebarannya kurang memungkinkan untuk dilakukan pungut ulang (recapture)
• Membuat produk menggunakan bahan sesedikit mungkin (Dematerialisasi)
4. Penyesuaian kebijakan industri dengan perspektif jangka
panjang dari evolusi system industri
5. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan
sosial dan ekonomi masyarakat lokal
• Mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan
kesempatan kerja • Memperkecil dampak pembangunan industri pada sistem regional
melalui berbagai investasi dalam program-program masyarakat
Dasar-dasar Desain dan Konstruksi Berkelanjutan yang
diterapkan mulai dari pengembangan, perencanaan, desain, konstruksi, operasi,
dan dekonstruksi. Aspek yang perlu dipertimbangkan meliputi sumberdaya energi,
air, bahan baku, dan tanah.
Prinsip-prinsip yang diapkai meliputi : konservasi
(conservation), pakai ulang (reuse), dapat diperbarui/daur ulang
(renew/recycle), perlindungan alam (protect nature), tidak beracun (non-toxic)
dan perpaduan (integrasi).
1. Konservasi (Conservation) : Meminimasi pemakaian
sumberdaya
• Merancang efisiensi energi untuk desain bangunan, sistem
pemanasan, ventilasi, air conditioning, dan penerangan • Menggunakan penerangan
sinar matahari pada siang hari
2. Pakai Ulang (Reuse) : Memilih bahan-bahan yang dapat
didesain tahan lama.
• Memaksimalkan pemakaian ulang sumber daya • Mengembangkan
wilayah yang sudah ada daripada membuka lahan baru • Menggunakan kembali
bahan-bahan, produk-produk bangunan • Melakukan pengolahan air sehingga dapat
dipakai ulang
3. Dapat diperbarui /Daur ulang (Renew/Recycle) :
• Menggunakan sumberdaya yang dapat diperbarui dan dapat
didaur ulang • Menggunakan bahan-bahah bangunan yang mengandung bahan yang
dapat diadur ulang • Menggunakan kayu-kayu dari hutan berkelanjutan
4. Perlindungan Alam (Protect Nature) : Melakukan
perlindungan terhadap alam
• Meminimasi kerusakan lingkungan pada saat persiapan dan
pembangunan • Memilih bahan-bahan yang mempunyai dampak lingkungan reandah pada
saat pengambilan dan pemrosesan
5. Tidak-Beracun (Non-toxic) : Menciptakan lingkungan yang
sehat, bebas dari bahan-bahan beracun
• Memilih material dan peralatan yang tidak beracun •
Menyediakan udara segar bagi semua penghuni
6. Perpaduan (Integrasi) : Memadukan desain bangunan dan
infrastruktur ke dalam lingkungan alam dan manusia
• Perencanaan tata ruang dengan memanfaatkan danau, lahan
basah yang telah ada dan tanam-tamanan asli daerah untuk menangkap limpahan air
• Mengembangkan untuk mengurangi dampak dari pengembangan system transportasi
masyarakat
Untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan
dimulai dari tingkatan perusahaan secara terus menerus dengan cara meningkatkan
kinerja lingkungannya. Lima buah skenario dalam mewujudkannya (Research
Triangle Institute dalam Fleig (2000), adalah sebagai berikut :
Skenario 1 – Keadaan Awal
Keadaan awal yang menggambarkan industri-industri anggota
kawasan dan kegiatan-kegiatan produksinya
Skenario 2 – Pencegahan Pencemaran
Industri-industri di suatu kawasan mengimplementasikan
kegiatan Pencegahan Pencemaran secara sendiri-sendiri
Skenario 3 – Pencegahan Pencemaran dan Simbiose Industri
Industri-industri di suatu kawasan mengembangkan hubungan
dengan anggota-anggota lainnya di kawasan dan mitra di luar kawasan
Skenario 4 – Penambahan Industri Baru
Hubungan simbiose baru terjalin sebagai hasil adanya anggota
baru di kawasan
Skenario 5 - Relokasi dan Layanan Bersama
Mitra di luar kawasan berpindah lokasi masuk ke dalam
kawasan. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan menyediakan layanan yang
berkaitan dengan lingkungan Produksi Bersih dapat diterapkan secara
bersama-sama dengan melibatkan pihak manajemen kawasan, atau dengan asosiasi
industri di suatu kawasan, sehingga penerapan Produksi Bersih di suatu kawasan
industri akan memberikan manfaat yang lebih besar dibanding dengan penerapan
pada industri yang berlokasi atau berdiri sendiri.
Produksi Bersih
Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan
baku, air dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan
produktivitas dan minimisasi timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran
seringkali digunakan untuk maksud yang sama dengan istilah Produksi Bersih.
Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency yang menekankan pendekatan bisnis
yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan.
Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau
pencegahan timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi
dijalankan dan bagaimana daur hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran
dimulai dengan melihat sumber timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses
produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen dan produk menjadi limbah.
Pendekatan pengelolaan lingkungan dengan penerapan konsep produksi bersih
melalui peningkatan efisiensi merupakan pola pendekatan yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan daya saing.
Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan
dampak lingkungan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses,
produk, jasa untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi
resiko terhadap manusia maupun lingkungan (UNEP, 1994). Produksi Bersih,
menurut Kementerian Lingkungan Hidup, didefinisikan sebagai Strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara
terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan
proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi
terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KLH, 2003).
Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata
kunci yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran,
proses, produk, jasa, peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian
maka perlu perubahan sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan
dan evalusi teknologi yang dipilih.
Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan
efisiensi pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan
bahan-bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua
emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses.
Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi
dampak lingkungan selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku
sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan.
Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan
pertimbangan lingkungan ke dalam perancangan dan layanan jasa. Penerapan
Produksi Bersih sangat luas mulai dari kegiatan pengambilan bahan termasuk
pertambangan, proses produksi, pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan,
konservasi energi, rumah sakit, rumah makan, perhotelan, sampai pada sistem
informasi.
Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan
dan pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse,
Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi
produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan
dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle).
• Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah
timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi
sampai produk.
• Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran
yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :
o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik
pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul
analisis daur hidup produk o Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil
dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku
dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha
• Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau
mengurangi timbulan limbah pada sumbernya.
• Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang
memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia
atau biologi.
• Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah
untuk memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn
fisika, kimia dan biologi.
• Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya
mengambil bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu
limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa
perlakuakn fisika, kimia dan biologi.
Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau
5R, namun perlu ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada
Pencegahan dan Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R
pertama masih menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan
strategi 3R berikutnya (reuse, recycle, dan recovery) sebagai suatu strategi
tingkatan pengelolaan limbah.
Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah
pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak
dapat dilakukan :
• Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan
produksi bersih telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu
untuk dilakukan pengolahan agar buanagn memenuhi baku mutu lingkungan. •
Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah
yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan
khusus.
Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan
konsep produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston
dan Stuckey, 1994).
Penerapan Produksi Bersih Pada Industri
Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual
merupakan salah satu langkah dalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan
Lingkungan. Tahapan penerapan meliputi: perencanaan dan organisasi, kajian
produksi bersih, penentuan prioritas dan analisis kelayakan, implementasi,
monitoring dan evaluasi, dilanjutkan dengan keberlanjutan.
Langkah 1 : Perencanaan dan Organisasi
Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi,
misi, dan strategi produksi bersih. Sasaran peluang Produksi Bersih yang
dikaitkan dengan bisnis dan adanya komitmen dari manajemen puncak. Pihak
industri juga melakukan identifikasi hambatan dan penyelesaiannya, identifikasi
sumber daya luar yang menyediakan informasi dan ahli Produksi Bersih. Program
yang kaan dijalankan dikomunikasikan ke semua karyawan dilanjutkan dengan
pembentukan im yang menangani produksi bersih.
Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang
Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses
sebagai alat untuk memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah.
Identifikasi peluang peluang Produksi Bersih didasarkan pada temuan hasil
kajian dan tinjauan lapangan berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan
produktivitas, pencegahan dan pengurangan timbulan limbah langsung dari
sumbernya. Akar permasalahan yang menyebabkan tidak efisien dan adanya timbulan
limbah dicari penyebabnya sehingga dapat memilih tindakan dan teknik untuk
memecahkan masalah dengan mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan ide
sebanyak mungkin.
Langkah 3 : Analisis Kelayakan dan Penentuan Prioritas
Menentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan keuntungan
(biaya yang dikeluarkan dan pendapatan / penghematan yang diperoleh), resiko
yang dihadapi, tingkat komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan,
teknologi, dan ekonomi. Analisis kelayakan ekonomi dilakukan secara rinci bagi
peluang yang memerlukan investasi besar. Agar industri tertarik untuk
mengimplementasikan Produksi Bersih, dicari peluang berdasarkan urutan
kebutuhan biaya yaitu tanpa biaya (no cost), biaya rendah (low cost) dan biaya
tinggi (high cost)
Langkah 4 : Implementasi
Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket dan
rencana tindakan yang dilakukan. Menentukan penanggung jawab program
pelaksanaan dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan. Selanjutnya
melaksanakan program dan menekankan pada para karyawan bahwa Produksi Bersih
sebagai bagian dari pekerjaan, mendorong inisiatif dari mereka sebagai umpan
balik pelaksanaan. Agar implemetasi dapat dipantau kemajuannnya maka perlu
dikembangkan indikator kinerja efisiensi, lingkungan, dan kesehatan dan
keselamatan kerja.
Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi
Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah
tindakan Produksi Bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai,
apakah sesuai dengan rancangan ataukah tidak. Kelemahan pencatatan data yang
kurang seringkali menghambat pengukuran kinerja, sehingga pelaporan peningkatan
efisiensi dan penurunan timbulan limbah tidak dapat dihitung dengan tepat. Pada
saat pemantauan dilakukan pendokumentasian program. Melakukan tinjauan ulang
secara periodik pelaksanaan Produksi Bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis.
Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan
Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan,
mempertahankan target telah dicapai, dan selanjutnya mengimplementasikan untuk
peluang lainnya. Produksi Bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan
bukan suatu program sehingga industry akan melakukan perbaikan berkelanjutan.
Keberhasilan penerapan Produksi Bersih pada industri sudah
cukup banyak, baik pada industri skala kecil, menengah maupun besar untuk
berbagai jenis produk industri. Sebagai contoh keberhasilan penerapan produksi
bersih dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Industri elektroplating di Sidoarjo :
• menata ulang peralatan proses dapat menghemat pemakaian
energi listrik sampai 25 persen • penggantian bahan baku beracun senyawa
sianida dengan senyawa asam menurunkan biaya produksi sebesar 10 persen
2. Industri cor besi di Ceper Klaten
• Penggantian dapur tungkik menjadi dapur kupola mengurangi
pemakaian cokes dari 1/7 menjadi 1/12 (bag cokes/bag besi scrap) • Pemakaian
dapur induksi meningkatkan kualitas produk, penurunan biaya produksi, dan
pengurangan emisi gas serta limbah padat • Daur ulang pasir cetakan mengurangi
pemakaian bahan baku pasir
Produksi Bersih Dan Simbiose Industri
Produksi Bersih yang diterapkan secara individual pada industri
di suatu kawasan memberikan manfaat besar yang dirasakan oleh industri
tersebut. Manfaat yang dapat dirasakan berupa peningkatan efisiensi pemakaian
bahan baku dan energi, penurunan timbulan limbah dan peningkatan kualitas
lingkungan serta peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja. Beberapa hal
terkait dengan keberhasilan penerapan Produksi Bersih di industri, dapat
diambil contoh, pemakaian air menjadi berkurang sehingga industry mempunyai
kelebihan pasokan air, peningkatan efisiensi energi sehingga industry mempunyai
daya yang berlebih yang masih dapat dimanfaatkan, adanya limbah industry yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, kapasitas instalasi pengolah air limbah
dan insinerator berlebih karena adanya penurunan timbula limbah cair maupun padat.
Kerjasama antar industri di suatu kawasan akan memberi
manfaat yang jauh lebih besar daripada industri menerapkan Produksi Bersih
secara sendiri-sendiri. Beberapa kerjasama dalam bentuk simbiose industri yang
saling menguntungkan dapat dilakukan, seperti :
• pemanfaatan kelebihan pasokan air dan energi • penyediaan
instalasi pengolah limbah bagi industri lain • pertukaran produk samping •
pemanfaatan limbah sebagai bahan baku bagi industri lain (waste to product) •
pembentukan industri jasa reparasi peralatan • pembentukan forum untuk saling
tukar menukar informasi • penelitian dan pengembangan
Sebagai ilustrasi keberhasilan simbiose industri sebagai
berikut :
1. Sentra Industri Cor Logam. Produk samping pemesinan
(gram) cor besi semula tidak dimanfaatkan dengan baik. Dengan adanya industri
yang menggunakan dapur induksi, gram dari beberapa industri cor dikumpulkan dan
digunakan sebagai bahan baku. Gram yang telah dilakukan pengecoran digunakan
sebagai salah satu bahan baku cor . 2. Jejaring Industri. Pabrik gula
menggunakan batubara sebagai bahan bakan menimbulkan limbah cokes yang
mempunyai kadar karbon tinggi. Limbah cokes dimanfaatkan oleh industri cor
logam. 3. Kawasan Industri. Bidang K3LH industri-industri di Kabupaten Semarang
membentuk forum pertukaran informasi terkait dengan K3 dan lingkungan.
Penerapan PB di salah satu industri tekstil telah mengurangi pemakaian air dan
menurunkan timbulan limbah. Merencanakan untuk mengoptimalkan IPAL dan
incinerator bagi industri-industri di sekitarnya. Menyediakan layanan
pengolahan bagi IKM bila mendapat dukungan dari pemerintah. Model ini banyak
dijumpai pada berbagai kawasan industri di Indonesia.
Keuntungan dari Ekosistem Kawasan Industri
Dengan adanya kerjasama antar pelaku indutri dalam
Eko-Kawasan Industri, maka terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh, yaitu :
• Keuntungan keuangan untuk perusahaan :
o Menurunkan biaya pembelian bahan / material, mendapatkan
hasil dari penjualan limbah kepada pihak lain dalam kawasan o Menurunkan
penggunaan energi (misalnya transportasi) o Menurunnya biaya pengelolaan limbah
karena dilakukan didalam kawasan (dapat dijual, dan membeli limbah dari
perusahaan lain di kawasan) o Menurunnya biaya serba-serbi o Menurunnya biaya
HRD atau perekrutan pegawai karena dilakukan bersama-sama dengan perusahaan
lain dalam kawasan
• Keuntungan bagi lingkungan :
o Permintaan akan sumber daya alam akan berkurang o
Berkurangnya jumlah limbah dalam semua bentuk (padat, cair, emisi udara) o
Menurunnya kemungkinan terjadi kecelakaan dalam transport
• Keuntungan sosial / bagi masyarakat :
o Meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat dengan adanya
pekerjaan o Biaya pemanasan murah untuk masyarakat lingkungan sekitar kawasan
dan didalam kawasan o Udara dan air yang lebih bersih, sehingga masyarakat
sekitar dapPakar Lingkungan Hidup Prof Otto Soemarwoto menilai pengelolaan
lingkungan hidup di areal penambangan PT Freeport Indonesia (FI) berjalan
dengan baik. Hanya saja, ia berpendapat bahwa FI harus mampu menjaga kelangsung
lingkungan hidup dilingkungan areal penambangan sehingga menjadi lingkungan
hidup yang lestari.
"Menurut saya pengelolaan lingkungan hidup di PT Freeport Indonesia
sudah berjalan dengan baik" ujar Prof Otto Sumarwoto yang tampil sebagai
pembahas dalam Seri ke 3 Diskusi Aktual PT Freeport Indonesia yang membahas
aspek Lingkungan Hidup, Jum’at (9/6). Acara berlangsung di Auditorium
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
Pengelolaan lingkungan hidup, menurut Otto, merupakan bagian
yang tak terpisahkan dalam setiap pengelolaan areal pertambangan. Untuk itulah
Otto mengusulkan agar FI mengembangkan konsep ekologi industri dalam penanganan
pertambangan di Papua. Berdasarkan konsep inilah operasi penambangan diharapkan
bisa meninggalkan lingkungan yang baik untuk masyarakat jika saatnya berhenti
beroperasi.
Indriatno Soekarno dari LAPI ITB yang melakukan penelitian
potensi pengembangan lahan tailing pasca tambang memaparkan bahwa lahan tailing
memiliki potensi dikonversi menjadi lahan produktif. Caranya dengan melakukan amendemen
tailing dengan bahan (pupuk) organic. Hasilnya memperlihatkan bahwa proses
suksesi alami tumbuhan berlangsung relatif cepat.
Selain bisa dikonversi menjadi lahan produkstif, menurut
LAPI ITB, lahan tailing juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan bahan galian C.
Bahan-bahan inilah yang bisa dikembangkan menjadi bahan baku beton yang bisa
untuk jalan maupun jembatan. ‘’Bahkan beton berbahan baku tailing ini sudah
mendapat sertifikat pengujian pihak Balai Jalan dan Jembatan (Departemen
PU-red),’’ ujar Indriatno.
Pihak Kementrian Lingkungan Hidup yang menampilkan Deputi
MENEG LH Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Moch. Gempur Adnan
mengungkapkan pihaknya telah menurunkan 28 staf audit lingkungan selama dua
minggu ke areal penambangan FI. ‘’Audit dilakukan sejak dari hulu hingga
hilir,’’ ujar Gempur.
Menurut Gempur pihak FI telah melaksanakan pengelolaan
lingkungan dalam beberapa hal sesuai dengan ketentuan. Namun sejumlah hal masih
dimintakan ke FI dalam penanganan lingkungan hidup. Antara lain FI diminta
meminimalkan jumlah tailing yang masuk ke Estuari. Selain itu FI juga harus
mengupayakan agar tailing yang keluar dari ModADA ke Estuari melalui titik
penataan.
Acara diskusi itu dimoderatori oleh Prof Surna Tjahya
Djajadiningrat. Hadir antara lain Dirjen Mineral, batubara dan Panas Bumi Simon
F Sembiring. Selain itu juga hadir tiga mantan Dirjen Pertambangan Umum yaitu
Soetarjo Sigit, Kosim Gandataruna dan Rozik B Soetjipto. Peserta lainnya adalah
dari berbagai kalangan masyarakat, baik mahasiswa, LSM, peneliti maupun
swasta.(*)at hidup sehat
Pengertian Berdasarkan wikipedia
Ekologi industrial adalah proses industri alur tertutup,
yang berarti bahwa buangan industri menjadi masukan proses industri lain. Ini
berbeda dengan alur terbuka, di mana sumberdaya dan modal yang ditanam bergerak
melalui sistem dan menghasilkan buangan yang tidak terpakai.
Ekologi industrial diperkenalkan pada tahun 1989 di dalam
jurnal Scientific American oleh Robert Frosch. Frosch menyampaikan visinya,
"Mengapa sistem industri tidak berlaku seperti halnya ekosistem, di mana
buangan sebuah spesies menjadi sumberdaya spesies lainnya? Mengapa keluaran
sebuah industri tidak menjadi masukan industri lainnya, sehingga mengurangi
kebutuhan bahan baku, mengurangi polusi, dan menghemat pembuangan sampah?"
Pemikiran Frosch sebenarnya adalah lanjutan pemikiran yang
sudah ada, seperti ide pengurangan buangan dan peningkatan efisiensi yang
diajukan Buckminster Fuller dan murid-muridnya. Ide serupa yaitu kogenerasi
energi juga diajukan oleh Amory Lovins dan Rocky Mountain Institute.
Istilah ekologi industrial itu sendiri pertama kali
diperkenalkan oleh Harry Zvi Evan dalam sebuah seminar yang diselenggarakan
Komisi Ekonomi Eropa di Warsawa, Polandia pada tahun 1973, lantas juga lewat
artikel yang dimuat oleh Journal for International Labour Review. Evan
mendefinisikan ekologi industri sebagai analisis sistematis mengenai operasi
industri dengan memasukkan faktor-faktor seperti teknologi, lingkungan,
sumberdaya alam, aspek biomedis, aspek institusi, hukum, dan sosio-ekonomi.
Ekologi industrial tidak memandang sistem industri sebagai
hal yang terpisah dari biosfer, melainkan sebagai bagian dari ekosistem.
Berbeda dengan ekologi dalam konteks alam yang berdasarkan modal alam, ekologi
industri adalah berdasarkan modal infrastruktur. Seperti halnya alam yang
sejatinya tidak memiliki sampah, sistem industri seyogianya juga meniru model
ini apabila ingin senantiasa lestari dan berkelanjutan.
Seiring dengan mencuatnya tujuan penghematan energi dan penghematan
bahan baku, dan juga seiring dengan penjabaran-ulang pasar komoditas dan konsep
produksi terutama dalam konteks ekonomi jasa, ekologi industri adalah salah
satu tujuan dari Kapitalisme Natural. Strategi ini menekankan untuk melihat
dampak luas dalam produksi industri, menekankan penghargaan pada modal alam,
dan bergantung pada modal pengetahuan untuk merancang dan merawat
ekologi-ekologi industri yang terbentuk.
0 komentar:
Posting Komentar