Jumat, 31 Januari 2014

EKOLOGI

Ekologi manusia adalah sebuah jurusan yang menggunakan antardisiplin yang menggunakan suatu pencapaian holistik untuk menolong orang menyelesaikan masalah dan menambah potensi manusia dalam alam yang berhampiran mereka - pakaian, keluarga, rumah, dan masyarakat mereka. Ahli ekologi manusia mengalakkan keadaan baik individu, keluarga, dan masyarakat melalui pendidikan, pencegahan, dan pemberian kuasa.
Ekologi manusia menjelajahi bukan hanya pengaruh manusia pada alam mereka tetapi juga pengaruh alam pada tingkah laku manusia, dan strategi penyesuaian diri mereka apabila mereka dapat memahami pengaruh-pengaruh itu dengan lebih baik. [...] Untuk kita, ekologi manusia adalah suatu metodologi yang sebanyaknya suatu jurusan penyelidikan. Ia dalah suatu cara memikir tentang dunia, dan suatu konteks yang mana kita mentakrifkan soalan kita dan cara-cara untuk menjawab persoalan-soalan ini [...]
Ekologi industri adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi atau material sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit polusi. Tujuan utamanya adalah untuk mengorganisasi sistem industri sehingga diperoleh suatu jenis operasi yang ramah lingkungan dan berkesinambungan. Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen utama yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada, membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi, proses dematerialisasi dan pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan.
Dengan menerapkan konsep ekologi industri, kawasan industri dapat mengembangkan sistem pertukaran limbah yang dapat bermanfaat bagi industri tersebut. Indonesia sebagai negara agraris dapat mengembangkan ekologi industri berbasis agroindustri. Keuntungan yang dapat diperoleh yaitu penurunan jumlah konsumsi energi fosil, sumber daya alam, dan mengurangi dampak lingkungan. Biaya produksi juga dapat dikurangi.
Konsep ekologi industri terkait secara dekat dengan proses produksi bersih (cleaner production) dan merupakan komplementer satu dengan lainnya. Kedua konsep melibatkan pencegahan pencemaran dalam rangka melindungi lingkungan dan meningkatkan efisiensi ekonomi. Produksi bersih lebih memfokuskan pada aspek pengurangan limbah, sementara ekologi industri lebih menekankan pada pendauran suatu limbah yang terbentuknya tidak bisa dihindari (unavoidably produced waste) dengan mensinergikan antara unit satu dengan lainnya atau antara satu industri dengan industri lainnya. Selain terjadi pemanfaatan suatu material yang dihasilkan oleh suatu unit oleh unit lain, juga dimungkinkan terjadinya integrasi energi dari suatu unit oleh unit lain di dalam suatu kawasan.
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang sedang memacu pertumbuhan industri. Salah satu kebijakan yang ditempuh adalah dengan membangun kawasan-kawasan industri terpadu. Pada awal perkembangan kawasan industri di Indonesia masih berupa kumpulan industri yang ditata dengan terpadu namun masih terpisah satu sama lain.

Karakteristik kawasan industri di Negara berkembang termasuk di Indonesia adalah:
1. Ketersediaan sumber daya alam yang masih melimpah dan disubsidi pemerintah.
2. Bahan baku lebih murah dibandingkan dengan proses daur ulang bahan.
3. Pembuangan limbah atau polusi masih kurang diawasi secara ketat.
4. Kurangnya perhatian masyarakat konsumen pada dampak negatif proses produksi terhadap lingkungan.
Indonesia sebagai negara agraris yang besar sangat berpeluang untuk dikembangkan kawasan ekologi industri berbasis industry pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Penduduk Indonesia yang mayoritas sebagai petani harus tetap menjadi fokus untuk terus dikembangkan kesejahteraannya. Penataan kawasan ekologi industri dapat dimulai dari pendirian kawasan industri terpadu di dekat kawasan pertanian masyarakat.
Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen utama yaitu : (1) mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada; (2) membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi; (3) proses dematerialisasi; dan (4) pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan.
Empat konsep ekologi industri yaitu:
(1) Optimasi penggunaan sumber daya (resource)
Dengan sistem ekologi industri berbasis industry tebu dapat menghasilkan konsep rantai makanan industri, yaitu pemanfaatan produk samping dan limbah menjadi bahan baku bagi komponen sistem industri lain. Konsep ini menghasilkan suatu konsep kawasan ekologi industri terpadu. Dalam kawasan ini, industri-industri bekerja sama untuk mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada sehingga limbah industri yang dihasilkan bisa diminimalisasi.
(2) Siklus material yang tertutup dan minimalisasi emisi
Pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama limbah yang dihasilkan industri. Ekologi industri pada industri tebu diatas secara nyata dapat meningkatkan efisiensi energi dan emisi. Siklus material yang tertutup dapat memberikan keuntungan. Masing-masing industri yang terlibat membutuhkan energi yang jauh lebih kecil karena dibantu oleh pasokan dari energi alternatif yang bersumber dari limbah industri-industri lain. Dengan demikian, dampak lingkungan yang dihasilkan bisa diminimalisir.
(3) Proses dematerialisasi
Tujuan utama ekologi industri tidak hanya untuk menghasilkan suatu siklus aliran material yang tertutup tetapi juga meminimalkan jumlah aliran bahan dan energi yang digunakan untuk proses produksi. Proses dematerialisasi relatif menjelaskan bahwa suatu proses produksi dan jasa diusahakan dapat menghasilkan produk dan jasa yang sebesar-besarnya dari penggunaan bahan baku yang ada. Proses dematerialisasi absolut menganggap bahwa dalam proses produksi harus meminimalkan penggunaan bahan baku. Pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi tidak terbarukan. Penggunaan bahan bakar fosil dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti efek gas rumah kaca, pemanasan global, dan hujan asam. Dalam rangka untuk mensinergikan dengan tujuan utama ekologi industri maka diperlukan langkah perbaikan. Dalam contoh ekologi industri berbasis industri gula di atas dapat diketahui bahwa langkah perbaikan yang dilakukan diantaranya yaitu usaha diversifikasi energi terutama energi yang dapat terbarukan yaitu limbah dari industri tebu berupa tetes tebu dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri penyulingan bioetanol.

(4) Simbiosis industry
Simbiosis industri merupakan suatu bentuk kerja sama diantara industri-industri yang berbeda. Bentuk kerja sama ini dapat meningkatkan keuntungan masing-masing industri dan pada akhirnya berdampak positif pada lingkungan. Dalam proses simbiosis ini limbah suatu industri diolah menjadi bahan baku industri lain. Proses simbiosis ini akan sangat efektif jika komponen-komponen industri tersebut tertata dalam suatu kawasan industri terpadu (eco-industrial parks).
Kawasan ekologi industri dapat diimplementasikan dengan baik jika masing-masing industri dalam kawasan tersebut dapat saling terbuka dan terhubung dengan baik. Dalam hal ini diperlukan kesepakatan bersama tentang pengelolaan kawasan industri bersama dengan tetap berpegang pada prinsip ekonomi dan keselamatan lingkungan. Penerapan kawasan ekologi industri di Indonesia saat ini masih pada tahap pengembangan dan masih sangat sedikit kawasan industri yang menerapkannya. Hal ini disebabkan adanya ketakutan industri untuk membagi informasi tentang bahan baku, proses produksi, dan limbah apa yang dihasilkan. Industri masih menganggap informasi tersebut dapat disalahgunakan oleh industri lain untuk meniru produknya. Peran pemerintah dan masyarakat sebagai konsumen sangat diperlukan untuk mendorong industri menerapkan ekologi industri. Pemerintah dapat berperan dalam pembuatan kebijakan peraturan dan pemberian insentif bagi industri yang menerapkan ekologi industri. Masyarakat sebagai konsumen dapat menekan industri dengan memilih produk yang dihasilkan dari proses yang ramah lingkungan.

Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan
Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pola pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka
. Pada era global dan pasar bebas sekarang ini, industri dihadapkan pada persaingan yang ketat, sehingga keunggulan komparatif yang menjadi andalan pada masa lalu sudah tak mampu untuk menghadapi tantangan pasar bebas. Peningkatan efisiensi merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing terhadap produk-produk sejenis dari Negara tetangga maupun negara lain yang masuk ke Indonesia dan juga dalam melakukan produk ekspor ekspor. Hanya dengan keunggulan kompetitif dan produk yang berkualitas yang akan mampu berkembang dan memenangkan persaingan dalam pasar bebas.
Berbagai proses produksi dan penyelenggaraan jasa menuju pada suatu sistem yang mempertimbangkan aspek keunggulan dan kepuasan konsumen. Harga suatu produk dan layanan jasa besaing dengan ketat, sementara tuntutan kualitas semakin tinggi. Produsenpun mulai dituntut berbagai aturan dan standar yang berhubungan dengan lingkungan seperti ISO 14001 dan Ecolabeling.

Limbah dan emisi merupakan hasil yang tak diinginkan dari kegiatan industri. Sebagian besar industri masih berkutat pada pola pendekatan yang tertuju pada aspek limbah. Bahkan masih ada yang berpandangan bahwa limbah bukanlah menjadi suatu permasalahan dan kalau perlu keberadaannya tidak diperlihatkan. Pihak industri mungkin masih belum menyadari bahwa sebenarnya ”limbah” sama dengan ”uang” atau pengertian tentang limbah yang terbalik, artinya bahwa limbah merupakan uang atau biaya yang harus dikeluarkan dan mengurangi keuntungan. Memang benar bahwa dengan mengabaikan persoalan limbah, keuntungan tidak akan berkurang untuk jangka pendek.
Pihak industri yang demikian mungkin belum melihat faktor biaya yang berkaitan dengan ”image” perusahaan dan tuntutan pembeli dari luar negri yang mensyaratkan pengelolaan lingkungan dengan ketat. Kita melihat bahwa ada peluang yang sebenarnya mempunyai nilai ekonomi tinggi tetapi pada akhirnya terlepas karena mengabaikan aspek lingkungan.
Produksi Bersih merupakan model pengeloaan lingkungan dengan mengedepankan bagaimana pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai efisiensi tinggi sehingga timbulan limbah dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan Produksi Bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik. Penerapan Produksi Bersih di suatu kawasan industri dipakai sebagai pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Eco-industrial (Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan). Penerapan Produksi Bersih di kawasan akan memberikan keuntungan berlebih dibanding dengan keuntungan yang diperoleh industri secara sendiri-sendiri.

Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park/ Esatate) merupakan sekumpulan industri dan bisnis jasa yang berlokasi pada suatu tempat di mana pelaku-pelaku di dalamnya secara bersama meningkatkan kinerja lingkungan, ekonomi dan sosialnya melalui kerjasama dalam mengelola issu lingkungan dan sumberdaya. Dengan cara bekerjasama akan diperoleh manfaat bersama yang lebih besar dibanding penjumlahan manfaat yang diperoleh oleh setiap industri. Bahasan komprehensif mengenai Kawasan Indutri Berwasasn Lingkungan dilakukan oleh Lowe (2001).
Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah untuk memperbaiki kinerja ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan cara meminimalkan dampak lingkungannya. Pola pendekatan yang dipakai meliputi desain infrastruktur kawasan dan pabrik berwawasan lingkungan, produksi bersih, efisiensi energi, dan kemitraan antar perusahaan.
Suatu kawasan industri tidak serta merta dapat menyatakan sebagai kawasan industry berwawasan lingkungan sekedar hanya telah melaksanakan satu atau beberapa hal sebagai berikut :
• pertukaran satu jenis produk samping • sebagai kluster bisnis daur ulang • kumpulan perusahaan berteknologi ramah lingkungan • kumpulan perusahaan yang membuat produk ramah lingkungan • kawasan industri yang dirancang dengan satu tema lingkungan seperti pemanfaatan energi tenaga sinar matahari • kawasan yang memiliki infrastruktur atau konstruksi ramah lingkungan • pengembangan kawasan multi-pakai untuk industri, komersial dan permukiman

Beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan industri berwawasan lingkungan melalui :
1. Eco-industrial park (estate) (EIP / EIE) – kawasan industri yang dikembangkan dan dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial sebanyak mungkin dan juga manfaat bisnis Virtual Eco-Industrial Park – industri-industri di suatu daerah yang tidak harus berada dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui pertukaran limbah dan kerjasama pada tingkatan yang berbeda
2. By-product exchange (BPX) – sekelompok perusahaan yang saling mempertukarkan dan menggunakan produk samping (energi, air, dan bahan) daripada membuangnya sebagai limbah. Istilah-istilah yang sering dipakai BPX adalah industrial ecosystem, by-product synergy, industrial symbiosis, industrial recycling network, green twinning, zero emission network.
3. Eco-industrial network (EIN)- sekelompok perusahaan di suatu daerah yang bekerja sama untuk meningkatkan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi
Konsep dasar dalam pengembangan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi ekologi industri, produksi bersih, perencanaan kota, aristektur, dan konstruksi berkelanjutan. Beberapa dasar ekologi industri yang dipakai untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi
: 1. Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri, menggunakan pendekatan
• Lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang • Memaksimalkan efisiensi pemakaian bahan dan energi • Meminimisasi timbulan limbah • Memanfaatkan semua limbah sebagai produk-produk potensial dan mencari pasar limbah
2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas ekosistem alam
• Mengurangi beban lingkungan yang diakibatka oleh adanya pelepasan energi dan bahan ke lingkungan • Merancang antarmuka industri dengan alam terkait dengan karakteristik dan sensitivitas (kepekaan) alam • Menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi bahan-bahan berbahaya dan beracun, dengan membuatnya secara lokal bila diperlu
3. Merekayasa ulang (re-engineer) pemakaian energi dan bahan-bahan untuk keperluan industri
• Merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian energi • Mengganti teknologi dan desain produk untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan yang penyebarannya kurang memungkinkan untuk dilakukan pungut ulang (recapture) • Membuat produk menggunakan bahan sesedikit mungkin (Dematerialisasi)
4. Penyesuaian kebijakan industri dengan perspektif jangka panjang dari evolusi system industri
5. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat lokal
• Mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan kesempatan kerja • Memperkecil dampak pembangunan industri pada sistem regional melalui berbagai investasi dalam program-program masyarakat

Dasar-dasar Desain dan Konstruksi Berkelanjutan yang diterapkan mulai dari pengembangan, perencanaan, desain, konstruksi, operasi, dan dekonstruksi. Aspek yang perlu dipertimbangkan meliputi sumberdaya energi, air, bahan baku, dan tanah.
Prinsip-prinsip yang diapkai meliputi : konservasi (conservation), pakai ulang (reuse), dapat diperbarui/daur ulang (renew/recycle), perlindungan alam (protect nature), tidak beracun (non-toxic) dan perpaduan (integrasi).
1. Konservasi (Conservation) : Meminimasi pemakaian sumberdaya
• Merancang efisiensi energi untuk desain bangunan, sistem pemanasan, ventilasi, air conditioning, dan penerangan • Menggunakan penerangan sinar matahari pada siang hari
2. Pakai Ulang (Reuse) : Memilih bahan-bahan yang dapat didesain tahan lama.
• Memaksimalkan pemakaian ulang sumber daya • Mengembangkan wilayah yang sudah ada daripada membuka lahan baru • Menggunakan kembali bahan-bahan, produk-produk bangunan • Melakukan pengolahan air sehingga dapat dipakai ulang
3. Dapat diperbarui /Daur ulang (Renew/Recycle) :
• Menggunakan sumberdaya yang dapat diperbarui dan dapat didaur ulang • Menggunakan bahan-bahah bangunan yang mengandung bahan yang dapat diadur ulang • Menggunakan kayu-kayu dari hutan berkelanjutan
4. Perlindungan Alam (Protect Nature) : Melakukan perlindungan terhadap alam
• Meminimasi kerusakan lingkungan pada saat persiapan dan pembangunan • Memilih bahan-bahan yang mempunyai dampak lingkungan reandah pada saat pengambilan dan pemrosesan
5. Tidak-Beracun (Non-toxic) : Menciptakan lingkungan yang sehat, bebas dari bahan-bahan beracun
• Memilih material dan peralatan yang tidak beracun • Menyediakan udara segar bagi semua penghuni
6. Perpaduan (Integrasi) : Memadukan desain bangunan dan infrastruktur ke dalam lingkungan alam dan manusia
• Perencanaan tata ruang dengan memanfaatkan danau, lahan basah yang telah ada dan tanam-tamanan asli daerah untuk menangkap limpahan air • Mengembangkan untuk mengurangi dampak dari pengembangan system transportasi masyarakat
Untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan dimulai dari tingkatan perusahaan secara terus menerus dengan cara meningkatkan kinerja lingkungannya. Lima buah skenario dalam mewujudkannya (Research Triangle Institute dalam Fleig (2000), adalah sebagai berikut :
Skenario 1 – Keadaan Awal
Keadaan awal yang menggambarkan industri-industri anggota kawasan dan kegiatan-kegiatan produksinya
Skenario 2 – Pencegahan Pencemaran
Industri-industri di suatu kawasan mengimplementasikan kegiatan Pencegahan Pencemaran secara sendiri-sendiri
Skenario 3 – Pencegahan Pencemaran dan Simbiose Industri
Industri-industri di suatu kawasan mengembangkan hubungan dengan anggota-anggota lainnya di kawasan dan mitra di luar kawasan
Skenario 4 – Penambahan Industri Baru
Hubungan simbiose baru terjalin sebagai hasil adanya anggota baru di kawasan
Skenario 5 - Relokasi dan Layanan Bersama
Mitra di luar kawasan berpindah lokasi masuk ke dalam kawasan. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan menyediakan layanan yang berkaitan dengan lingkungan Produksi Bersih dapat diterapkan secara bersama-sama dengan melibatkan pihak manajemen kawasan, atau dengan asosiasi industri di suatu kawasan, sehingga penerapan Produksi Bersih di suatu kawasan industri akan memberikan manfaat yang lebih besar dibanding dengan penerapan pada industri yang berlokasi atau berdiri sendiri.

Produksi Bersih
Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran seringkali digunakan untuk maksud yang sama dengan istilah Produksi Bersih. Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency yang menekankan pendekatan bisnis yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan.
Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan bagaimana daur hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran dimulai dengan melihat sumber timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen dan produk menjadi limbah. Pendekatan pengelolaan lingkungan dengan penerapan konsep produksi bersih melalui peningkatan efisiensi merupakan pola pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing.
Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan dampak lingkungan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk, jasa untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap manusia maupun lingkungan (UNEP, 1994). Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, didefinisikan sebagai Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KLH, 2003).
Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran, proses, produk, jasa, peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian maka perlu perubahan sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan evalusi teknologi yang dipilih.
Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses.
Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan.
Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan lingkungan ke dalam perancangan dan layanan jasa. Penerapan Produksi Bersih sangat luas mulai dari kegiatan pengambilan bahan termasuk pertambangan, proses produksi, pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan, konservasi energi, rumah sakit, rumah makan, perhotelan, sampai pada sistem informasi.
Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle).
• Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.
• Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :
o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk o Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha
• Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan limbah pada sumbernya.
• Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.
• Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika, kimia dan biologi.
• Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn fisika, kimia dan biologi.
Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle, dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah.
Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan :
• Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan pengolahan agar buanagn memenuhi baku mutu lingkungan. • Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus.
Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston dan Stuckey, 1994).
Penerapan Produksi Bersih Pada Industri
Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual merupakan salah satu langkah dalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Tahapan penerapan meliputi: perencanaan dan organisasi, kajian produksi bersih, penentuan prioritas dan analisis kelayakan, implementasi, monitoring dan evaluasi, dilanjutkan dengan keberlanjutan.
Langkah 1 : Perencanaan dan Organisasi
Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi produksi bersih. Sasaran peluang Produksi Bersih yang dikaitkan dengan bisnis dan adanya komitmen dari manajemen puncak. Pihak industri juga melakukan identifikasi hambatan dan penyelesaiannya, identifikasi sumber daya luar yang menyediakan informasi dan ahli Produksi Bersih. Program yang kaan dijalankan dikomunikasikan ke semua karyawan dilanjutkan dengan pembentukan im yang menangani produksi bersih.
Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang
Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang peluang Produksi Bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan lapangan berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. Akar permasalahan yang menyebabkan tidak efisien dan adanya timbulan limbah dicari penyebabnya sehingga dapat memilih tindakan dan teknik untuk memecahkan masalah dengan mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin.
Langkah 3 : Analisis Kelayakan dan Penentuan Prioritas
Menentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang dikeluarkan dan pendapatan / penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi, tingkat komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi. Analisis kelayakan ekonomi dilakukan secara rinci bagi peluang yang memerlukan investasi besar. Agar industri tertarik untuk mengimplementasikan Produksi Bersih, dicari peluang berdasarkan urutan kebutuhan biaya yaitu tanpa biaya (no cost), biaya rendah (low cost) dan biaya tinggi (high cost)
Langkah 4 : Implementasi
Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket dan rencana tindakan yang dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan. Selanjutnya melaksanakan program dan menekankan pada para karyawan bahwa Produksi Bersih sebagai bagian dari pekerjaan, mendorong inisiatif dari mereka sebagai umpan balik pelaksanaan. Agar implemetasi dapat dipantau kemajuannnya maka perlu dikembangkan indikator kinerja efisiensi, lingkungan, dan kesehatan dan keselamatan kerja.
Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi
Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan Produksi Bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai, apakah sesuai dengan rancangan ataukah tidak. Kelemahan pencatatan data yang kurang seringkali menghambat pengukuran kinerja, sehingga pelaporan peningkatan efisiensi dan penurunan timbulan limbah tidak dapat dihitung dengan tepat. Pada saat pemantauan dilakukan pendokumentasian program. Melakukan tinjauan ulang secara periodik pelaksanaan Produksi Bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis.
Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan
Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan, mempertahankan target telah dicapai, dan selanjutnya mengimplementasikan untuk peluang lainnya. Produksi Bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga industry akan melakukan perbaikan berkelanjutan.
Keberhasilan penerapan Produksi Bersih pada industri sudah cukup banyak, baik pada industri skala kecil, menengah maupun besar untuk berbagai jenis produk industri. Sebagai contoh keberhasilan penerapan produksi bersih dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Industri elektroplating di Sidoarjo :
• menata ulang peralatan proses dapat menghemat pemakaian energi listrik sampai 25 persen • penggantian bahan baku beracun senyawa sianida dengan senyawa asam menurunkan biaya produksi sebesar 10 persen
2. Industri cor besi di Ceper Klaten
• Penggantian dapur tungkik menjadi dapur kupola mengurangi pemakaian cokes dari 1/7 menjadi 1/12 (bag cokes/bag besi scrap) • Pemakaian dapur induksi meningkatkan kualitas produk, penurunan biaya produksi, dan pengurangan emisi gas serta limbah padat • Daur ulang pasir cetakan mengurangi pemakaian bahan baku pasir
Produksi Bersih Dan Simbiose Industri
Produksi Bersih yang diterapkan secara individual pada industri di suatu kawasan memberikan manfaat besar yang dirasakan oleh industri tersebut. Manfaat yang dapat dirasakan berupa peningkatan efisiensi pemakaian bahan baku dan energi, penurunan timbulan limbah dan peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja. Beberapa hal terkait dengan keberhasilan penerapan Produksi Bersih di industri, dapat diambil contoh, pemakaian air menjadi berkurang sehingga industry mempunyai kelebihan pasokan air, peningkatan efisiensi energi sehingga industry mempunyai daya yang berlebih yang masih dapat dimanfaatkan, adanya limbah industry yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, kapasitas instalasi pengolah air limbah dan insinerator berlebih karena adanya penurunan timbula limbah cair maupun padat.
Kerjasama antar industri di suatu kawasan akan memberi manfaat yang jauh lebih besar daripada industri menerapkan Produksi Bersih secara sendiri-sendiri. Beberapa kerjasama dalam bentuk simbiose industri yang saling menguntungkan dapat dilakukan, seperti :
• pemanfaatan kelebihan pasokan air dan energi • penyediaan instalasi pengolah limbah bagi industri lain • pertukaran produk samping • pemanfaatan limbah sebagai bahan baku bagi industri lain (waste to product) • pembentukan industri jasa reparasi peralatan • pembentukan forum untuk saling tukar menukar informasi • penelitian dan pengembangan
Sebagai ilustrasi keberhasilan simbiose industri sebagai berikut :
1. Sentra Industri Cor Logam. Produk samping pemesinan (gram) cor besi semula tidak dimanfaatkan dengan baik. Dengan adanya industri yang menggunakan dapur induksi, gram dari beberapa industri cor dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan baku. Gram yang telah dilakukan pengecoran digunakan sebagai salah satu bahan baku cor . 2. Jejaring Industri. Pabrik gula menggunakan batubara sebagai bahan bakan menimbulkan limbah cokes yang mempunyai kadar karbon tinggi. Limbah cokes dimanfaatkan oleh industri cor logam. 3. Kawasan Industri. Bidang K3LH industri-industri di Kabupaten Semarang membentuk forum pertukaran informasi terkait dengan K3 dan lingkungan. Penerapan PB di salah satu industri tekstil telah mengurangi pemakaian air dan menurunkan timbulan limbah. Merencanakan untuk mengoptimalkan IPAL dan incinerator bagi industri-industri di sekitarnya. Menyediakan layanan pengolahan bagi IKM bila mendapat dukungan dari pemerintah. Model ini banyak dijumpai pada berbagai kawasan industri di Indonesia.
Keuntungan dari Ekosistem Kawasan Industri
Dengan adanya kerjasama antar pelaku indutri dalam Eko-Kawasan Industri, maka terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh, yaitu :
• Keuntungan keuangan untuk perusahaan :
o Menurunkan biaya pembelian bahan / material, mendapatkan hasil dari penjualan limbah kepada pihak lain dalam kawasan o Menurunkan penggunaan energi (misalnya transportasi) o Menurunnya biaya pengelolaan limbah karena dilakukan didalam kawasan (dapat dijual, dan membeli limbah dari perusahaan lain di kawasan) o Menurunnya biaya serba-serbi o Menurunnya biaya HRD atau perekrutan pegawai karena dilakukan bersama-sama dengan perusahaan lain dalam kawasan
• Keuntungan bagi lingkungan :
o Permintaan akan sumber daya alam akan berkurang o Berkurangnya jumlah limbah dalam semua bentuk (padat, cair, emisi udara) o Menurunnya kemungkinan terjadi kecelakaan dalam transport
• Keuntungan sosial / bagi masyarakat :
o Meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat dengan adanya pekerjaan o Biaya pemanasan murah untuk masyarakat lingkungan sekitar kawasan dan didalam kawasan o Udara dan air yang lebih bersih, sehingga masyarakat sekitar dapPakar Lingkungan Hidup Prof Otto Soemarwoto menilai pengelolaan lingkungan hidup di areal penambangan PT Freeport Indonesia (FI) berjalan dengan baik. Hanya saja, ia berpendapat bahwa FI harus mampu menjaga kelangsung lingkungan hidup dilingkungan areal penambangan sehingga menjadi lingkungan hidup yang lestari.
"Menurut saya pengelolaan lingkungan hidup di PT Freeport Indonesia sudah berjalan dengan baik" ujar Prof Otto Sumarwoto yang tampil sebagai pembahas dalam Seri ke 3 Diskusi Aktual PT Freeport Indonesia yang membahas aspek Lingkungan Hidup, Jum’at (9/6). Acara berlangsung di Auditorium Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.

Pengelolaan lingkungan hidup, menurut Otto, merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam setiap pengelolaan areal pertambangan. Untuk itulah Otto mengusulkan agar FI mengembangkan konsep ekologi industri dalam penanganan pertambangan di Papua. Berdasarkan konsep inilah operasi penambangan diharapkan bisa meninggalkan lingkungan yang baik untuk masyarakat jika saatnya berhenti beroperasi.

Indriatno Soekarno dari LAPI ITB yang melakukan penelitian potensi pengembangan lahan tailing pasca tambang memaparkan bahwa lahan tailing memiliki potensi dikonversi menjadi lahan produktif. Caranya dengan melakukan amendemen tailing dengan bahan (pupuk) organic. Hasilnya memperlihatkan bahwa proses suksesi alami tumbuhan berlangsung relatif cepat.

Selain bisa dikonversi menjadi lahan produkstif, menurut LAPI ITB, lahan tailing juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan bahan galian C. Bahan-bahan inilah yang bisa dikembangkan menjadi bahan baku beton yang bisa untuk jalan maupun jembatan. ‘’Bahkan beton berbahan baku tailing ini sudah mendapat sertifikat pengujian pihak Balai Jalan dan Jembatan (Departemen PU-red),’’ ujar Indriatno.

Pihak Kementrian Lingkungan Hidup yang menampilkan Deputi MENEG LH Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Moch. Gempur Adnan mengungkapkan pihaknya telah menurunkan 28 staf audit lingkungan selama dua minggu ke areal penambangan FI. ‘’Audit dilakukan sejak dari hulu hingga hilir,’’ ujar Gempur.

Menurut Gempur pihak FI telah melaksanakan pengelolaan lingkungan dalam beberapa hal sesuai dengan ketentuan. Namun sejumlah hal masih dimintakan ke FI dalam penanganan lingkungan hidup. Antara lain FI diminta meminimalkan jumlah tailing yang masuk ke Estuari. Selain itu FI juga harus mengupayakan agar tailing yang keluar dari ModADA ke Estuari melalui titik penataan.

Acara diskusi itu dimoderatori oleh Prof Surna Tjahya Djajadiningrat. Hadir antara lain Dirjen Mineral, batubara dan Panas Bumi Simon F Sembiring. Selain itu juga hadir tiga mantan Dirjen Pertambangan Umum yaitu Soetarjo Sigit, Kosim Gandataruna dan Rozik B Soetjipto. Peserta lainnya adalah dari berbagai kalangan masyarakat, baik mahasiswa, LSM, peneliti maupun swasta.(*)at hidup sehat

Pengertian Berdasarkan wikipedia
Ekologi industrial adalah proses industri alur tertutup, yang berarti bahwa buangan industri menjadi masukan proses industri lain. Ini berbeda dengan alur terbuka, di mana sumberdaya dan modal yang ditanam bergerak melalui sistem dan menghasilkan buangan yang tidak terpakai.
Ekologi industrial diperkenalkan pada tahun 1989 di dalam jurnal Scientific American oleh Robert Frosch. Frosch menyampaikan visinya, "Mengapa sistem industri tidak berlaku seperti halnya ekosistem, di mana buangan sebuah spesies menjadi sumberdaya spesies lainnya? Mengapa keluaran sebuah industri tidak menjadi masukan industri lainnya, sehingga mengurangi kebutuhan bahan baku, mengurangi polusi, dan menghemat pembuangan sampah?"
Pemikiran Frosch sebenarnya adalah lanjutan pemikiran yang sudah ada, seperti ide pengurangan buangan dan peningkatan efisiensi yang diajukan Buckminster Fuller dan murid-muridnya. Ide serupa yaitu kogenerasi energi juga diajukan oleh Amory Lovins dan Rocky Mountain Institute.
Istilah ekologi industrial itu sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Harry Zvi Evan dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Komisi Ekonomi Eropa di Warsawa, Polandia pada tahun 1973, lantas juga lewat artikel yang dimuat oleh Journal for International Labour Review. Evan mendefinisikan ekologi industri sebagai analisis sistematis mengenai operasi industri dengan memasukkan faktor-faktor seperti teknologi, lingkungan, sumberdaya alam, aspek biomedis, aspek institusi, hukum, dan sosio-ekonomi.
Ekologi industrial tidak memandang sistem industri sebagai hal yang terpisah dari biosfer, melainkan sebagai bagian dari ekosistem. Berbeda dengan ekologi dalam konteks alam yang berdasarkan modal alam, ekologi industri adalah berdasarkan modal infrastruktur. Seperti halnya alam yang sejatinya tidak memiliki sampah, sistem industri seyogianya juga meniru model ini apabila ingin senantiasa lestari dan berkelanjutan.
Seiring dengan mencuatnya tujuan penghematan energi dan penghematan bahan baku, dan juga seiring dengan penjabaran-ulang pasar komoditas dan konsep produksi terutama dalam konteks ekonomi jasa, ekologi industri adalah salah satu tujuan dari Kapitalisme Natural. Strategi ini menekankan untuk melihat dampak luas dalam produksi industri, menekankan penghargaan pada modal alam, dan bergantung pada modal pengetahuan untuk merancang dan merawat ekologi-ekologi industri yang terbentuk.


0 komentar:

Posting Komentar