BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya tujuan Pembangunan
Berkelanjutan adalah untuk menciptakan keseimbangan diantara dimensi
pembangunan, seperti ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Pada
bidang industri pertambangan pastinya
sangat berkaitan erat dan atau berpangku tangan agar menjalankan konsep
pembangunan berkelanjutan ini. Selanjutnya, proses produksi industri tambang
yang menjalankan konsep pembangunan
berkelanjutan tersebut yakni harus melakukan ekologi industri.
Ekologi
Industri adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi atau
material sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit
polusi. Tujuan utamanya adalah untuk mengorganisasi sistem industri sehingga
diperoleh suatu jenis operasi yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.
Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen
utama yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada, membuat suatu
siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi, proses dematerialisasi
dan pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak
terbarukan.
Industri
pertambangan yang menjalankan konsep Pembangunan Berkelanjutan harus menjamin
adanya pemerataan untuk generasi sekarang dan yang akan datang, berupa pemerataan
distribusi sumber lahan, faktor produksi dan ekonomi yang berkeseimbangan yang
berupa kesejahteraan semua lapisan masyarakat.
Konsep
pembangunan berkelanjutan juga menggunakan pendekatan integratif yakni
keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam
selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan yang akan datang .
Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan merata terhadap
setiap orang dan membuat pengetahuan
terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti oleh masyarakat.
1.2 Rumusan masalah
Masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimanakah
proses produksi industri tambang di barengi dengan pembangunan berkelanjutan ?
2. Bagaimanakah
pengaruh ekologi industri terhadap industri pertambangan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam masalah
ini adalah sebagai berikut
(1) Untuk
mengetahui proses produksi industri tambang
(2) Untuk kepentingan teoritis, yaitu
untuk menambah khazanah keilmuan tentang Ilmu pengetahuan dalam industri
pertambangan sehingga dapat mewarnai menambah pengtahuan mahasiswa, serta
diharapkan dapat memberi informasi tambahan atau pembanding bagi peneliti lain
dengan masalah sejenis.
(3) Untuk kepentingan praktis,
yaitu kontribusi terhadap pemikiran industri pertambangan serta
menghadirkan industri pertambangan secara lebih komprehensif.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Proses
Produksi
1.1.
Pengolahan Emas Menggunakan Sulfida
1.1.1.
Crushing
Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil
penambangan melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm
menjadi <12,5 mm, misalnya dengan menggunakan Roll Crusher, Jaw Crusher,
Cone Crusher, Stamp Mill, dll.
1.1.2.
Concentrating
Setelah ukuran bijih
diperkecil, proses selanjutnya dilakukan proses konsentrasi / pemekatan dengan memisahkan mineral emas
dari mineral pengotornya, sehingga diperoleh kadar bijih tinggi. Pada endapan
emas aluvial, bijih hasil penggalian langsung memasuki tahap ini tanpa tahap
kominusi terlebih dahulu.
Pemekatan dapat
dilakukan melalui dua teknik pemisahan, yaitu pemisahan secara fisis dan
pemisahan secara kimia :
·
Gravity Separation / Pemisahan gaya berat.
Pemisahan gaya berat (
gravity separation ), adalah proses pemisahan mineral yang didasarkan atas
perbedaan massa jenis antara partikel bijih dan partikel pengotor.
·
Froth Flotation / Pemisahan pengapungan.
Pengapungan buih ( froth flotation ) adalah proses pemisahan
mineral menjadi bijihdari pengotor dengan cara mengapungkan bijih ke permukaan
melalui pengikatandengan buih.
1.1.3.
Smelting
Merupakan proses reduksi bijih (abu hasil roasting atau cake hasil
electrowinning) pada suhu tinggi ( 1.200 oC
) hingga mendapatkan material lelehan. Dengan menambahkan Flux
formula, salah satunya Borax
- Sodium Borate ( Na2B4O7.
10H2O ) sebagai bahan kimia tambahan untuk proses smelting. Fungsi
borax dalam proses smelting yaitu mengikat kotoran penggangu selain logam (
slag / terak ). Sehingga ketika mencair, matte
( logam lelehan ) akan berada
di bawah sedangkan bagian atas disebut slag / terak yang ditangkap oleh
silika berupa semacam kaca yang mudah untuk dipecahkan. Produk reduksi selama
proses pelelehan disebut Dore
bullion (Au-Ag alloy).
1.1.4.
Refining
Refining, yaitu melakukan pengolahan logam kotor melalui proses kimia agar
diperoleh tingkat kemurnian tinggi.
2.
Pembangunan
Berkelanjutan
2.1.
Proses Pembangunan Berkelanjutan
2.1.1. Kondisi
Sumber Daya Alam
Pada
tahun 1936, seorang geolog muda yang bernama Jean Jacques Dozy berkebangsaan
belanda datang ke papua dengan niat mendaki beberapa gletser di beberapa
kilometer sebelah timur. Diantara banyaknya puncak-puncak gunung, dia tertarik
pada salah satu puncak gunung. Disana berdiri tegak gunung yang tingginya lebih
dari seribu meter diatas hutan tropis Irian Jaya. Bentuknya sangat menyolok dan
terlihat aneh karena tidak di tumbuhi oleh pepohonan. Gunung ini berbentuk
kubah bulat dan berdiri lebih rendah dari puncak-puncak pegunungan disekitarnya.
Gunung ini berada pada ketinggian 4000 meter diatas permukaan laut. Gunung ini
telah berdiri disana lebih dari tiga juta tahun dengan dikelilingi oleh
jurang-jurang dalam yang terbentuk oleh gerusan es abadi yang mencair dan
membeku sesuai dengan pengaruh perubahan musim. Dozy memandang gunung ini tanpa
pepohonan dan dia menamai puncak gunung itu Grasberg. Grasberg sebenarnya cukup
rendah memungkinkan pepohonan besar tumbuh, tetapi dalam kenyataan vegetasi
yang tumbuh diatas permukaannya hanyalah sejenis rumput kasar. “Anomali
vegetasi” ini merupakan indikasi yang dicari oleh para geolog. Pertumbuhan
pohon dan semak di grasberg terhalang oleh tanah yang bersifat asam, tetapi
tidak menjadi masalah bagi jenis rumput kasar ini untuk tumbuh. Keasaman tanah
adalah hasil proses pelindihan alam terhadap mineral-mineral sulfida yang
mengandung tembaga dan emas.
Grasberg
mengandung deposit sebesar 1,76 milyar pon batuan bijih dengan kadar rata-rata
1,11% tembaga atau sama dengan 35,2 milyar pon logam tembaga murni. Kandungan
emasnya juga sangat tinggi, yaitu sebanyak 49 juta troy ons. Itu sama dengan separuh
jumlah seluruh emas yang diperoleh dari california selama demam emas dulu.
2.1.2. Kualitas
Lingkungan
Dalam
hal kestabilan lingkungan PTFI berkomitmen untuk mengelola lingkungan serta
meminimalisir dampak-dampak dari operasi di lingkungan sekitar seperti
melindungi dan meningkatkan mutu lingkungan serta terus meningkatkan dan
memperbaiki kinerja sehingga dapat mengoptimalkan penganggulangan terhadap resiko kerusakan
alam, dengan cara mengumpulkan data-data yang sahih dan ilmu pengetahuan yang mumpuni.
Atas dasar ini program tersebut kami kaitkan dalam ketahanan pangan dan ekonomi
serta pendidikan di wilayah tersebut. Hal ini sangat penting mengingat minimnya
kesejahteraan daerah karena rendahnya ekonomi dan tingkat sosial, semakin
kompleknya tujuan yang ingin kami capai dibuthkan kerjasama dengan berbagai
pihak lain seperti universitas, lembaga pendidikan, agama, dan pemerintahan
daerah.
PTFI
mendukung program yang menjangkau masyarakat dan penduduk setempat sehingga
lebih peduli lingkungan dan ekosistem alami di sekitarnya. Dalam hal ini perlu
adanya pengolahan yang maksimal terhadap daur ulang limbah mengingat berbagai
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh limbah bagi masyarakat sekitar. Program pengolahan
limbah lingkungan PTFI mencakup segala aspek, tidak yang terkait dengan
pertambangan. PTFI menerapkan prinsip 3R- reuse,
recycle, reduction. Bahan-bahan yang dapat di daur ulang seperti logam,
baterai bekas, dll di kumpulkan dan kemudian di daur ulang sesuai peraturan
pemerintah. Salah satu material yang di manfaatkan kembali adalah minyak
pelumas (oli) yang di kumpulkan dari seluruh area kerja PTFI dimanfaatkan
kembali sebagai campuran bahan bakar di pabrik pengeringan konsentrat. Aki
bekas kendaraan pengoperasi serta material berat lainnya dikirim kepada pihak
ketiga agar di daur ulang untuk di manfaatkan kembali.
Selain
itu pemisahan limbah dipisahkan di lokasi kerja masing-masing yang mencakup
pemisahan, pengumpulan, pengemasan, dan penyimpanan limbah berbahaya dikelola
sesuai peraturan pemerintah.
Jenis
|
Jumlah
|
Satuan
|
Daur
ulang limbah padat
|
6.140
|
Ton
|
Oil/Minyak
pelumas yang digunakan kembali/daur ulang
|
6.360
|
Meter
kubik
|
Mutu
air limbah dari semua instalasi di pantau secara berkala dan dikelola dengan
sesuai peraturan pemerintah mencakup derajat keasaman (pH), kebutuhan oksigen,
kandungan padatan tersuspensi, lemak serta minyak. Dalam hal limbah padatan
seperti Sirsat yang pada tahun 2011 dihasilkan berjumlah sekitar 58,8 juta
metrik ton. Proses pengolahan sirsat dilakukan dengan proses fisik dimana hasil
tambang digerus halus dan mineral yang mengandung tembaga dan emas dipisahkan
dari partikel-partikel yang tidak bernilai ekonomi (sirsat). Mengingat
tingginya curah hujan di wilayah pegunungan Jayawijaya yang cukup tinggi yaitu
melebihi 10 meter di beberapa lokasi, PTFI menggunakan sistem pengolahan sirsat
melalui aliran sungai yang mengangkut sirsat ke zona yang ditetapkan di pesisir
yang disebut sebagai Modified Ajkwa
Deposition Area (ModADA). Daerah pengendapan ini merupakan sistem yang di
rekayasa dengan teliti sehingga dapat digunakan untuk penglolaan dan
pengendalian pengendapan sirsat. PTFI mengamati dengan teliti pengelolaan
pengendapan tersebut sehingga apabila proses pertambangan berakhir daerah
pengendpan dapat di reklamasi dengan vegetasi alamiah sehingga dapat di
manfaatkan untuk berbagai kegiatan pertanian, kehutanan serta perikanan.
2.1.3. Faktor
Penduduk
PTFI
menerapkan CSR melalui program pendidikan kepada penduduk papua, kebijakan PTFI
dalam program pendidikan diantaranya:
·
Mengadakan pelatihan dan pengembangan
yang dilakukan di Institut Penambangan Nemangkawi, yaitu pusat pelatihan
berbasis kompetensi yang menyediakan pengembangan masa magang khususnya bagi
peserta dari papua.
·
Graduate Development Program merekrut
lulusan-lulusan terbaik universitas. Hingga saat ini terdaftar 631 peserta
program dan 374 telah dipekerjakan. 20% diantaranya adalah putra-putri papua.
·
Sampai dengan 2011, LPMAK (Dana
Kemitraan) telah menyediakan beasiswa bagi 8.049 pelajar. Sejak dimulainya
program ini dari tahun 1997, 3.697 pelajar dari SMA sampai dengan program
Magister telah lulus. Pada tahun 2011, LPMAK memberikan 618 beasiswa aktif bagi
pelajar sekolah dasar sampai dengan mahasiswa universitas.
·
Mengadakan pengembangan kompetensi guru
dilakukan melalui pelatihan kurikulum bagi 46 guru sekolah dasar dan menengah
di Mimika.
·
Program Magister Administrasi Bisnis
yang bekerjasama dengan SBM ITB di luncurkan pada tahun 2007. 40 peserta telah
lulus pada bulan Juli 2009, 6 diantaranya berasal dari papua. Angkatan kedua
dimulai pada tahun 2009 yang masih berlangsung dengan jumlah peserta sebanyak
35 karyawan, 7 diantanya berasal dari papua.
Selanjutnya
ketenagakerjaan:
·
PTFI memiliki komitmen dan kebijakan yang
kuat dan tegas terhadap Hak Asasi Manusia. Komitmen untuk menyediakan peluang
bagi pembangunan sosial, pendidikan, dan ekonomi yang dinyatakan melalui
peraturan ketenagakerjaan sosial dan kebijakan Hak Asasi Manusia.
·
Pada tahun 2011 PTFI memperkerjakan
lebih dari 11.300 karyawan langsung dan lebih dari 12.000 karyawan kontraktor.
·
Sejak tahun 1966 perusahaan telah
menggandakan jumlah karyawan papua. Dalam 10 tahun, jumlah karyawan papua di
tingkat staf meningkat 4x lipat, jumlah staf karyawan papua di tingkat
supervisor 6x lipat.
·
Pada tahun 2003 di bangun Intitut
Pertambangan Nemangkawi (IPN) untuk memberikan kesempatan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun perilaku yang profeional di bidang
operasi dan penunjangannya. IPN mengikuti standar nasional dan peraturan dari
ESDM serta standar internasional lainnya. Faktanya 3.800 siswa magang, 20 jenis
keterampilan, 90% diantaranya siswa asli papua dan 1800 siswa telah bekerja di
PTFI dan kontraktornya.
·
Meningkatkan karyawan staf wanita di PTFI
dan kontraktor. Faktanyanya tahun 2003 jumlah karyawan wanita 12%, pada tahun
2011 menjadi 14,4%.
3.
Ekologi Industi
Ekologi
industri adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi atau
material sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit
polusi. Tujuan utamanya adalah untuk mengorganisasi sistem industri sehingga
diperoleh suatu jenis operasi yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.
Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen utama
yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada, membuat suatu siklus
material yang tertutup dan meminimalkan emisi, proses dematerialisasi dan
pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak
terbarukan.
Konsep
ekologi industri terkait secara dekat dengan proses produksi bersih (cleaner
production) dan merupakan komplementer satu dengan lainnya. Kedua konsep
melibatkan pencegahan pencemaran dalam rangka melindungi lingkungan dan
meningkatkan efisiensi ekonomi. Produksi bersih lebih memfokuskan pada aspek
pengurangan limbah, sementara ekologi industri lebih menekankan pada pendauran
suatu limbah yang terbentuknya tidak bisa dihindari (unavoidably produced
waste) dengan mensinergikan antara unit satu dengan lainnya atau antara satu
industri dengan industri lainnya. Selain terjadi pemanfaatan suatu material
yang dihasilkan oleh suatu unit oleh unit lain, juga dimungkinkan terjadinya
integrasi energi dari suatu unit oleh unit lain di dalam suatu kawasan.
Karakteristik
kawasan industri di Negara berkembang termasuk di Indonesia adalah:
1.
Ketersediaan sumber daya alam yang masih
melimpah dan disubsidi pemerintah.
2.
Bahan baku lebih murah dibandingkan
dengan proses daur ulang bahan.
3.
Pembuangan limbah atau polusi masih kurang
diawasi secara ketat.
4.
Kurangnya perhatian masyarakat konsumen pada dampak negatif proses produksi
terhadap lingkungan.
Kebijakan
dari PTFI menjadi kerangka pedoman untuk mengurangi dampak lingkungan,
melindungi dan meningkatkan kualitas lingkungan di area tempat PTFI beroperasi,
menaati semua peraturan yang berlaku, dan berupaya secara berkesinambungan
untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Kebijakan tersebut termasuk pula
komitmen untuk memperoleh sertifikasi ISO 14001 bagi semua sarana operasional, yang
telah PTFI capai; mengenal dan melindungi keanekaragaman hayati; dan melindungi
serta melakukan remediasi terhadap lokasi-lokasi yang menjadi tanggung jawab
PTFI. Beberapa kebijakan yang di lakukan PTFI:
·
Melakukan kajian mengenai reklamasi
tailing dan pendirian plot demonstrasi di daerah deposit pasir sisa tambang.
Ini menunjukkan bahwa tailing dapat di revegetasi dan di tanam ulang dengan
tanaman-tanaman lokal hutan ataupun pertanian. Reklamasi ini dilakukan melalui
konsultasi dengan beberapa pemangku kepentingan dan dilakukan dengan teknik
yang sesuai dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial.
·
PTFI tidak menggunakan merkuri maupun
sianida, PTFI menggunakan proses pengapungan untuk memisahkan mineral yang
mengandung tembaga dan emas dari batuan serta tidak menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun dalam proses utamanya.
·
PTFI mengoperasikan 3 tempat pembuangan
akhir dan 10 pabrik pengolahan pembuangan sepuluh instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) domestik. PTFI sudah memperoleh izin pembuangan limbah cair untuk
seluruh IPAL yang berlokasi di area kerja PTFI. Sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam izin yang diberikan, pemantauan dan dilaporkan dilakukan secara
periodik.
·
Mengirimkan 2439 ton dari limbah B3 dari
kegiatan seperti kegiatan pendukung perbengkelan, rumah sakit, laboratorium uji
dan kegiatan pendukung lainnya ke PT PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri)
Cibinong, PT Wastec-Cilegon dan pendaur ulang lain untuk proses pengolahan dan
pembuangan lebih lanjut.
Faktanya
pada tahun 2011, PTFI telah mereklamasi:
§ 60,1
Ha (area batuan penutup)
Sehingga
total daerah tambang yang telah direklamasi seluas 261 Ha
§ 16,6
Ha (area pendapatan tailing)
Total
daerah pengendapan tailing yang telah direklamasi adalah seluas 645 Ha
§ 5,65
Ha (daerah pesisir)
Telah
ditanam lebih dari 56.000 pohon bakau.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
·
Pembangunan berkelanjutan itu wajib
dilaksanakan oleh setiap industri tambang sehingga setelah tambang itu selesai,
daerah tersebut semakin baik secara lingkungan, mandiri, dan menjadi daerah
maju.
·
Ekologi industri juga wajib dilakukan
bagi setiap perusahaan tambang sehingga limbah-limbah dari hasil pengolahan
tidak mencemari lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat.
·
Dari mulai survey penambangan, eksplorasi,
eksploitasi, dan sampai hasil benefit dari tambang tersebut wajib di laporkan
kepada khalayak umum dan melibatkan pemangku tuan rumah.
2.
Saran
·
Perusahaan tambang lebih memperhatikan
khalayak masyarakat sekitar minimal dengan mentenagakerjakan penduduk lokal dan
hak-hak masyarakat tuan rumah.
·
Lebih mengetatkan penjagaan dan analisa
terhadap limbah-limbah yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
·
Mencari dan mengetahui keanekaragaman
hayati di daerah tersebut lalu kita lestarikan sebagai mana aslinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Mealey, George A. 1999. Grasberg. Jakarta: PT. Jayakarta Agung Offset.
Indonesia, Freeport. 2011. Menghubungkan Dunia. Jakarta: PT. Mazars
Suyartono. 2003. Good
Mining Practice. Semarang: Studi Nusa
Muler, Cal. 2010. Pesisir Selatan Papua. Jakarta: DW Books
Brosur Perusahaan Freeport
Wikipedia.org (diakses pada tanggal 3 Mei 2013)
0 komentar:
Posting Komentar